Harga kertas yang terus melambung, klaim minat baca masyarakat menurun, dan pertumbuhan digital yang sangat cepat, membuat pengarang dan penerbit indie maupun kecil tidak lagi mengandalkan penjualan buku secara tradisional di toko buku, melainkan penjualan mandiri secara online.
Penerbit besar bukan lagi satu-satunya jalan bagi penulis untuk menerbitkan dan menjual karya mereka. Selain menerbitkan secara indie, pilihan lainnya adalah bekerja sama dengan penerbit kecil dan mencetak dengan oplah terbatas. Penjualannya pun tidak lagi di toko buku fisik, melainkan dipasarkan online. Cara seperti ini dirasakan lebih menguntungkan oleh penulis baru – terutama yang memiliki dana terbatas karena tidak perlu mengganti biaya cetak yang biasanya dikenakan dari penerbit besar.
Cetak terbatas bisa sekaligus menjadi ajang ‘tes pasar’, apakah karya kita diterima oleh masyarakat atau tidak. Risikonya, jika buku ini ternyata disukai, maka pembaca harus menunggu dengan sistem PO, hingga mereka mendapatkan buku tersebut. Selain memanfaatkan jaringan media sosial pribadi, saluran penjualan buku juga bisa melalui platform marketplace yang tersedia. Seluruh penjualan buku secara online pun akan masuk ke kantong pengarang, tidak dipotong oleh distributor buku yang jumlahnya cukup besar.
Bagaimana jika penulis yang memproduksi buku secara indie tetap menginginkan penjualan buku secara tradisional alias di toko buku? Tentu bisa, namun harus memperhatikan elemen biayanya. Tidak semua toko buku mau menerima buku untuk langsung dijual – seperti sistem titip jual, sehingga harus melalui perantara distributor buku (biasanya toko buku memiliki daftarnya).
Distributor buku memiliki standar harga dan minimal oplah yang harus tersedia jika ingin disebarkan ke sejumlah toko buku. Pengiriman buku ke toko buku yang bersangkutan juga ditanggung oleh penulis, bukan oleh distributor. Fungsi distributor lebih turut memetakan baiknya di mana buku jenis tersebut dijual, memantau penjualan, juga memastikan bahwa buku-buku tersebut berada di rak yang sesuai.
Kedua saluran penjualan, online dan offline, memiliki plus-minusnya masing-masing. Jika modal cukup kuat, tidak ada salahnya menjual buku di toko buku. Namun modal terbatas pun, karya penulis juga bisa sampai ke tangan pembaca di seluruh Indonesia – bahkan di luar negeri. (Kanakata Creative)
Foto: Guilherme Rossi