Stephen King, penulis lebih dari 150 judul buku dan cerita lainnya (sekaligus telah menjual lebih dari 350 juta kopi!) merasakan hal yang sama ketika awal ia hendak memulai kariernya sebagai penulis. Apakah bukunya akan laku? Apakah ceritanya cukup menarik? Apakah kisah yang ditulisnya relevan bagi hidup orang lain? Dalam bukunya, On Writing—buku yang berkali-kali cetak ulang, dan laris diserbu penggemar maupun para penulis pemula, sang maestro membagikan 3 cara ketika membangun pondasi ceritanya.

  1. Ketika menulis sebuah cerita, Anda menceritakan kisah itu pada diri Anda sendiri. Ketika Anda menulis ulang, pekerjaan utama Anda adalah mengeluarkan semua hal yang bukan ceritanya. Hapus semua yang bukan bagian dari cerita.
  2. Kisah-kisah terbaik ditemukan dan tidak dibuat-buat.“Cerita adalah peninggalan, bagian dari dunia yang sudah ada sebelumnya, namun belum ditemukan. Tugas penulis adalah menggunakan alat di kotak alatnya untuk menggali cerita tersebut secara utuh.
  3. Beri karakter “kebebasan”. King menggambarkan proses penulisan sebagai “mengamati” karakternya dan menuliskan apa yang mereka lakukan. Dia mengatakan dia sering terkejut dengan pilihan yang mereka buat. Dia hanyalah orang yang menceritakan kisah itu.

Terakhir, King, sebagai penulis produktif dan pembaca yang lahap memberikan satu nasihat pamungkasnya bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis. “Jika kamu tidak punya waktu untuk membaca, kamu tidak punya waktu (atau alat) untuk menulis. Sesederhana itu. Membaca adalah pusat kreatif kehidupan penulis.  (Kanakata Creative)