Big data memang kuat, tetapi big data ditambah gagasan besar, hasilnya.. transformasional! Netflix adalah raksasa teknologi yang analitik, algoritma, dan inovasi streaming digitalnya telah mengubah cara pelanggan menonton film dan acara TV. Dibangun pada 1997, Hastings menggagas Netflix karena pengalamannya sebagai pelanggan setia sewa DVD yang kena denda hingga US$ 40 karena telat kembalikan piringan yang ia pinjam.
Walau mengalami pasang-surut (seperti bisnis pada umumnya), sejalan dengan bandwidth internet, Netflix naik dengan cepat. Setelah sukses besar dengan erial prolitik, House of Cards, yang kontennya mereka produksi sendiri secara ekslusif, Netflix terus mengembangkan dan memproduksi konten orisinal yang digemari publik.
Sebagai pelaku bisnis, pelajaran apa yang dapat dipelajari dari kesuksesan Netflix?
Produk yang sederhana
Pesan Netflix selalu mudah: Tonton film semudah dan senyaman mungkin dan kapan pun Anda mau— dengan harga tetap. Proses dan penanganan transaksi dibuat sederhana dan sangat fleksibel, juga dalam hal pemesanan DVD secara online. Situs web Netflix juga merupakan contoh utama untuk fokus pada hal yang esensial—tanpa embel-embel yang tidak perlu. Pelanggan dapat mengaktifkan atau nonaktifkan langganan dengan satu klik.
Belajarlah dari kesalahan—secepat mungkin
Pada akhir 2011, tim manajemen Netflix memutuskan untuk memisahkan bisnis streaming yang semakin cepat berkembang (Netflix) dari bisnis penyewaan DVD yang menurun (Quickster) dan pada saat yang sama menaikkan harga sebesar 50%. Kesalahan dengan konsekuensi serius: dalam satu kuartal, Netflix kehilangan 800.000 pelanggan dan nilai saham turun 80%. Namun, perusahaan tidak membuang waktu dan segera membatalkan pemisahan kedua bisnis.
Kenali pelanggan
Acara TV mana yang ditonton jam berapa? Berapa banyak episode yang ditonton secara berurutan, dan di mana orang berhenti menonton? Netflix menganalisis preferensi tampilan pelanggannya dalam setiap detail. Algoritma mempelajarinya dan beradaptasi dengan selera apa pun dan merekomendasikan konten apa pun, agar audiens tetap tertarik dalam jangka panjang.
Konten eksklusif
Pelanggan menuntut semakin banyak konten, padahal bisnis lisensi penyiaran mahal dan tergantung pada kesediaan studio film untuk bekerja sama. Akhirnya Netflix, pada awal 2010-an, memutuskan untuk berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan konten video in-house berkualitas tinggi dan memberikan jaminan kepada bintang dan sutradara untuk melanjutkan kontrak produksi musim kedua.
Budaya perusahaan
Budaya perusahaan Netflix adalah tentang “people over process”. Perusahaan menawarkan manfaat yang besar kepada karyawannya seperti liburan tanpa batas dan kebijakan pengeluaran yang mengharuskan orang untuk bertindak demi kepentingan terbaik Netflix. Keterlibatan dan kepuasan karyawan dapat dikaitkan dengan perasaan tertantang dan dihargai, sehingga karyawan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaan tempatnya bekerja. (K)