Di era digital, kita tidak lagi “tersembunyi” di balik dinding-dinding kantor atau tumpukan brosur usaha atau kartu nama yang secara acak kita kirimkan ke calon klien potensial.
Hanya dengan ujung jari, kita bisa mengangkat kiprah pribadi—maupun profesional melalui penggunaan media sosial yang efektif. Bukannya tidak mungkin, branding positif akan mengantar kita pada banyaknya pintu-pintu kesempatan untuk mengembangkan karier, bisnis dan potensi diri.
- Tentukan brand diri
Seperti apakah “merek dagang” yang ingin kita tampilkan? Tentu saja kita bebas menjadi diri sendiri, akan tetapi tonjolkan apa yang menjadi minat terbesar kita. Apabila kita bekerja di bidang keuangan, kita bisa berbagi tip soal dunia ekonomi, finansial, perencanaan keuangan—atau sekalipun kita seorang banker, bisa juga kita berbagi soal dunia fesyen atau keterlibatan kita dengan organisasi penyayang hewan, misalnya. - Pahami perbedaan media sosial
Walau pada prinsipnya sama-sama untuk berbagi, pahami bahwa setiap media sosial memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kenyamanan membaca, termasuk isi konten yang sesuai dengan media sosial merupakan hal-hal yang bisa membuat teman di media sosial “betah” mengikuti postingan kita atau tidak. Misalnya, tidak menulis status yang terlalu panjang di twitter atau memposting tulisan yang berhubungan dengan karier dan industri yang kita geluti di LinkedIn. - Proporsional
Curhat? Boleh saja, selama tujuan media sosial tercapai, yaitu berbagi. Misalnya, kita berbagi soal lalu lintas yang padat—atau membagi soal tautan artikel yang rasanya sesuai dengan kondisi dan suasana hati kita. Seimbangkan antara berbagi informasi (sesuai dengan brand yang ingin kita tonjolkan) atau “too much info” tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Lagipula, siapa yang tahan dengan si tukang mengeluh? - Frekuensi
Jangan membanjiri linimasa dengan postingan kita setiap beberapa detik sekali—namun jangan juga kelewat pasif sehingga membuat followers atau teman-teman kita berpikir bahwa kita sudah meninggalkan media sosial dan menghapus kita dari friendlist mereka. Eksistensi itu perlu, terutama bila kita ingin tetap berada dalam “radar” para followers, calon klien atau perusahaan yang hendak menggunakan jasa kta. - Konten
Lantas apa saja yang harus dibagikan? Tentu saja hal-hal yang informatif, tautan tentang minat atau pekerjaan, kutipan—atau apa saja yang menurut kita layak dan berguna bagi para pengikut kita. Jadilah “the guy” dalam apa yang kita tekuni, kerjaan atau menjadi minat kita. Sehingga orang akan mengingat kita dengan “branding” yang kita usung tersebut. Bolehkan membuat utasan? Sesekali boleh saja, terutama untuk hal yang sangat spesifik dan kisi-kisi dari sesuatu yang kita tekuni yang belum diketahui banyak orang. Hindari berbagi hal-hal yang bisa dengan mudah ditemukan di internet atau sudah menjadi pengetahuan umum. (Kanakata Creative)