pandemi melahirkan pembaca-pembaca baru

Survei yang dilakukan UNESCO pada tahun 2011, menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, dari 1000 penduduk, hanya ada satu orang saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku. Temuan ini menjadi hal yang menggelitik bukan? Carl Sagan (astronomer/penulis) di bukunya yang fenomenal, “Kosmos”, berkata,

Menulis mungkin adalah penemuan terbesar manusia, mengikat bersama orang-orang yang tidak pernah mengenal satu sama lain, bahkan dari zaman yang berbeda. Buku mematahkan belenggu waktu. Sebuah buku adalah bukti bahwa manusia mampu melakukan keajaiban.

Dengan kalimat lain, membaca membawa berbagai banyak manfaat dan keuntungan. Mulai dari stimulasi mental, mengurangi stres (yang konon sampai 68 persen!), meningkatkan daya ingat, fokus serta kemampuan analisis yang lebih baik. Bagi lansia, efek membaca juga ya sangat baik untuk menurunkan risiko Alzheimer dan dementia.

membaca buku = laku meditasi

Walau zaman terus berubah, buku tidak akan pernah kehilangan peran utamanya sebagai medium pengetahuan, kebijaksanaan dan kreativitas. Di era informasi yang kacau dan kacau, membaca buku bisa juga digolongkan sebagai laku meditasi yang juga memungkinkan kita untuk berkonsentrasi dan bahkan memperoleh kesenangan intelektual yang tidak nggak bisa  diberikan oleh hal lain.

Selain itu, membaca buku secara langsung lebih berdampak daripada menonton film yang dibuat berdasarkan buku itu. Alasannya, ketika membaca buku, kita menafsirkan dan membayangkan hal-hal seperti yang kita lihat—tanpa batas! Sedangkan dalam film apa yang kita lihat adalah interpretasi sang sutradara. Buku yang kita baca tidak hanya sekadar menambah imajinasi tetapi juga menambah pengetahuan dan memperkenalkan kita pada gaya penulisan yang berbeda-beda.

membaca buku sebagai pelarian?

Adakah perubahan aktivitas membaca akibat masa pandemi? Mengutip TheGuardian.com (15 Mei 2020) berdasarkan riset yang dilakukan Nielsen Book dari tanggal 29 April – 1 May 2020, menemukan bahwa 41 persen dari 1000 responden menambah waktu baca mereka dari 3,5 jam menjadi 6 jam per-minggu. Responden juga menyebutkan bahwa ada pergeseran selera (genre) sejak adanya wabah covid19 ini. Mereka jadi suka baca buku-buku bertema fiksi kejahatan, misteri, tema-tema distopia sampai horor! 52 persen dari responden mengatakan bahwa mereka membaca lebih banyak karena efek karantina, sisanya karena merasa butuh hiburan dan pelarian dari masa krisis ini. 

Rupanya, pembaca di era pandemi justru ingin merasa “terisap”—buku-buku tentang kriminalitas, ketegangan, misteri—apapun yang bisa mengalihkan perhatian mereka untuk beberapa waktu. Saat kondisi dunia tengah kacau balau, mengetahui bahwa ada hal-hal yang terselesaikan dalam hidup— walau di dunia fiksi sedikit banyak memberi harapan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja pada akhirnya.

kembali semangat membaca

Lantas bagaimana bagaimana cara kita untuk mengembalikan semangat membaca?

  • Pertama, kenali minat kita. Saat merasa “nyambung” dengan apa yang kita baca, tentu tidak sulit untuk terus maju satu halaman ke satu halaman berikutnya.
  • Kedua, tentukan apa yang akan kita baca. Kesulitan menentukan judul buku yang baik dari banyaknya tawaran topik sejenis? Jangan ragu untuk mencari tahu atau meminta rekomendasi tentang bidang yang diminati. Mengecek resensi—atau membaca satu-dua halaman contoh (sample reading) di internet bisa membantu menentukan apakah kita hendak membeli buku tersebut atau tidak. Seperti olahraga, membaca pun menjadi kegiatan yang harus terus kita latih.
  • Ketiga, jangan ragu untuk mengekplorasi topik-topik lain di luar buku yang kita baca. Mulai dari genre buku—sampai asal penulis. Buku-buku yang dihasilkan penulis Jepang tentu berbeda dengan karya-karya penulis Amerika atau Afrika, misalnya. Selamat membaca (lagi)!

Tulisan ini diambil dari podcast “Kanakata Girls” episode: “Siapa Masih Membaca Buku?” Untuk episode lebih lengkap, klik Spotify “Kanakata Girls” https://open.spotify.com/episode/78cIeYYO0j1J45vZX7QOcH  atau http://anchor.fm/KANAKATA 

Episode baru podcast “Kanakata Girls” hadir setiap Selasa, menghadirkan pembicaraan seputar dunia kreatif, seni dan inspirasi, bisnis juga gaya hidup yang dipandu oleh founders Kanakata Creative dengan menghadirkan berbagai narasumber dan praktisi yang kompeten di bidang mereka. Jangan lupa follow akun Instagram @KanakataCreative untuk mendapat informasi seputar konten dan layanan kreatif kami.

Need Help?