Selalu terkini, cepat, dan dibicarakan alias viral kerap dijadikan tiga kunci utama sebuah konten dapat dikatakan berhasil. Sayangnya, tidak hanya konten positif dan berguna yang tersebar dan punya pengaruh. Konten yang tidak mendidik, tidak bertanggung jawab – cenderung sembarangan dan memicu orang untuk melakukan kebodohan serupa – juga memiliki kesempatan yang sama. ‘Niat’ awal ingin menghadirkan konten yang lucu atau dramatis, berbuntut dengan pengecaman terhadap para kreator konten ini.

Baik pribadi maupun perusahaan, perlu berhati-hati dalam mencermati tren pembuatan konten semacam ini. Perlukah ‘latah’ melakukan ‘prank’ atau menanggapi challenge yang nyata-nyata merugikan bahkan berbahaya demi dibicarakan? Jangan-jangan sebenarnya kreator masa kini memilih jalan instan dalam membuat konten daripada menggodok ide agar lebih tajam dan berkualitas dengan alasan tidak kalah cepat dengan yang lain. Mana yang Anda pilih: memproduksi konten asal-asalan (dan cepat dilupakan) dalam jumlah banyak atau memproduksi konten pilihan, berkualitas, dan berkesan yang mampu mencengkeram target Anda?

Jangan terjebak pada pola lama. Saatnya mendobrak dan ciptakan alternatif dalam proses pembuatan konten. Empat hal ini dapat dijadikan panduan:

1.  Mengamati, bukan menyontek.

Bisa saja brand Anda dengan brand lain memiliki banyak kesamaan. Cari celah yang menjadi kekuatan brand Anda atau cari angle yang berbeda dalam mempromosikan brand Anda.

2.  Mengolah ide lawas

Terkadang mengejar ide yang selalu baru tidak melulu berhasil. Cek kembali pendekatan apa yang telah berhasil ‘menjerat’ audiens Anda, temukan cara untuk membuatnya lebih baik.

3.  Dengarkan penggemar Anda

Sering kali kreator konten terjebak pada: “Saya mau membuat konten yang seperti apa, ya?” bukan “Apa yang audiens/pelanggan inginkan dari brand saya?” Anda perlu lebih memperhatikan komentar, saran, bahkan kritik pelanggan agar konten yang dibuat pun sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Mulailah dengan menjalin komunikasi melalui survei online, atau jika ada budget lebih, undang mereka dalam grup diskusi. Bisa juga dengan ‘mengintip’ komentar atau tanggapan mereka di media sosial brand pesaing Anda.

4.  Eliminasi yang tidak berhasil

Tidak hanya konten yang berhasil saja yang perlu diperhatikan, konten yang gagal juga bernilai. Ada kalanya Anda perlu berhenti dan mundur selangkah, dan menganalisis penyebab konten tersebut tidak berhasil. Jika satu ide tidak berhasil dalam waktu 2 minggu misalnya, buang saja. Fokus pada mencari cara baru untuk memproduksi konten yang berkualitas. (Kanakata Creative)