Saat hendak membangun bisnis, generasi di atas kita perlu menyiapkan segala sesuatunya dari “hulu ke ilir”—membangun pabrik atau kantor, menyiapkan gudang, merekrut tenaga kerja, melakukan semua hal dalam bisnisnya secara internal. Zaman berganti, kemajuan teknologi dan akses yang mudah ke calon pelanggan sampai ke tenaga kerja alih daya. Akan tetapi hal tersebut “hampir” tidak berlaku lagi saat ini. Sekarang adalah masanya “no ownership era”—era dimana berkepemilikan bukanlah hal yang mutlak—mulai dari gaya hidup sampai cara menjalankan bisnis.
Generasi milenial saat ini memilih untuk tidak mengumpulkan barang-barang dan lebih mengeksplorasi pengalaman. Tanda-tanda kesuksesan ini tidak lagi ditandai dengan kepemilikan (ownership) seperti dulu. Banyak milenial yang memilih untuk menyewa daripada membeli (fasilitas/properti/kendaraan) sehingga mereka tidak merasa dibatasi oleh komitmen terhadap kepemilikan tersebut. Bagi mereka, hal terpenting dalam hidup adalah pengalaman alih-alih kepemilikan.
Hal yang sama berlaku juga untuk bisnis dan ekonomi. Titik berat pada pengalaman terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi berbagi. Mengapa membeli kendaraan apabila bisa memesan transportasi online yang bisa dijangkau dimana saja—tanpa perlu pusing memikirkan pemeliharaan, membayar pajak, sewa parkir dan sebagainya. Mengapa terikat dengan jam kerja yang tidak flesibel apabila bisa menjadi pekerja lepas dan memiliki kebebasan untuk bekerja dari mana saja di dunia?
Apa artinya itu bagi masa depan kewirausahaan? Ini berarti bahwa pemilik bisnis di masa depan akan membangun perusahaan yang lincah, ramping, dan cair; bisnis yang bergeliat, yang mampu meningkatkan, menurunkan, dan berputar dengan cepat. Lupakan inventaris, server atau bahkan ruang kantor. Tidak perlu memiliki “paket komplet” untuk menjalankan suatu bisnis. Perusahaan dapat melakukan produksi tanpa harus memiliki pabrik, gudang penyimpanan, bahkan toko fisik. Perusahaan dapat membuat marketing tools tanpa harus mempekerjakan lengkap tenaga copywriter, desainer sampai web designer. Bukankah Netflix memproduksi konten dan memiliki jutaan penonton—bahkan tanpa memiliki gedung pertunjukan? Atau Gojek yang menjadi perusahaan transportasi berbasis aplikasi terbesar tanpa memiliki armada kendaraan sama sekali?
Selalu ada cara-cara baru untuk berbuat lebih banyak, memperoleh keuntungan—sambil memiliki lebih sedikit bukan? (K)