Tidak selamanya kontrol keluarga dalam bisnis menjamin kelanggengan bisnis.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers pada tahun 2014, ternyata lebih dari 95% bisnis di Indonesia dimiliki keluarga. Skalanya tentu bervariasi. Ada bisnis keluarga berskala kecil, menengah, besar, hingga konglomerasi. Toko Roti Orion di Solo, Toko Roti Mandarin di Surabaya, Pabrik Mari Tunggal di Bandung merupakan contoh bisnis keluarga berskala kecil menengah, yang saat ini tengah dijalankan oleh generasi ketiga. Ada pula bisnis keluarga yang mulanya skala kecil, namun kemudian berkembang sangat pesat dan kini telah menjadi bisnis berskala sangat besar, seperti Grup Salim, Grup Bosowa, Grup Sinar Mas, dan Martha Tilaar Grup.

Bisnis yang dikelola keluarga memiliki karakteristik dan permasalahan yang beda dengan bisnis non-keluarga. Misalnya, pengendalian perusahaan di tangan anggota keluarga tertentu, sehingga ada ketergantungan tinggi terhadap keberdayaan anggota keluarga dalam bekerja dan menjalankan operasional perusahaan. Ini akan bisa menjadi masalah ketika perusahaan semakin besar.

Bisnis keluarga ditandai oleh adanya konsentrasi permodalan di tangan satu orang atau satu keluarga pemilik, dengan sejumlah anggota keluarga lainnya yang terlibat dalam manajemen operasional. Bentuknya ada 2. Pertama, yang dimiliki keluarga tapi dikelola oleh non-keluarga (family owned business). Kedua, bisnis keluarga yang dimulai oleh keluarga—bisa juga along the way, keluarga atau temannya bergabung, bisnis berkembang pesat dan kemudian dalam pengelolaannya melibatkan keturunannya masing-masing.

pentingnya manajamen profesional

Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki pandangan bahwa perusahaan adalah aset yang harus diwarisi dari generasi ke generasi. Akan timbul masalah, ketika yang duduk di berbagai jabatan penentu adalah anggota keluarga yang kurang professional atau tidak memiliki kompetensi dalam menjalankan bisnis. Masalah lain yang mungkin timbul, dari antara beberapa generasi penerus, siapa yang menjadi penentu pengambilan keputusan? Bagaimana manajemen konflik atau sistem remunerasi bagi anggota keluarga yang menduduki posisi tertentu di perusahaan?

Temuan dari Family Business Consulting (2019) mengatakan bahwa tidak selamanya kontrol dari keluarga membuat bisnis tersebut jadi otomatis berumur panjang. Dari temuan mereka, hanya 30% bisnis keluarga yang bertahan hingga generasi kedua, dari yang bertahan itu hanya 12% yang sampai ke generasi ketiga, dan tinggal 3% yang dapat dioperasikan oleh generasi keempat. Pasalnya? Ya… apalagi kalau bukan konflik dan intrik. 

Selengkapnya mengenai bisnis keluarga, dapat Anda simak di Podcast Kanakata Creative di Spotify atau dengarkan langsung di bawah ini:  http://<iframe style=”border-radius:12px” src=”https://open.spotify.com/embed/episode/6cf5mA1bS1fKAiUuIHwvnn?utm_source=generator” width=”100%” height=”352″ frameBorder=”0″ allowfullscreen=”” allow=”autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture” loading=”lazy”></iframe>

Foto: Business photo created by pressfoto – www.freepik.com

Leave a Reply

Need Help?