Banyak keraguan yang muncul di benak penulis saat akan mengirimkan karya mereka ke penerbit. Apakah perlu memberikan naskah penuh atau sinopsisnya saja? Ada minimal halaman atau tidak? Karya yang bagaimana sih yang akan dilirik oleh penerbit? Donna Widjajanto dari Kanakata Creative akan menjawab 4 pertanyaan yang kerap diajukan oleh penulis.

Perlukah mengirim seluruh naskah atau bisa hanya sinopsis?

Keduanya bisa, tergantung penerbitnya. Ada penerbit yang hanya mau menerimanaskah komplet, tapi sekarang ada juga penerbit yang mau menerima ide yang dituangkan dalam sinopsis panjang. Naskah komplet novel biasanya berkisar antara 150-200 halaman ketik 1,5 spasi atau sekitar 40.000-50.000 kata. Sementara naskah nonfiksi, ketebalannya bisa variatif, tergantung topik yang dibahas, tapi sebaiknya di atas 100 halaman ketik 1,5 spasi.

Untuk sinopsis, sinopsis panjang sebaiknya tidak lebih dari 3 halaman, berisi plotline dan alur gagasan naskah. Sertakan juga sinopsis pendek atau blurb, yang isinya teaser naskah. Blurb ini biasa dipasang di cover belakang buku yang sudah jadi.

Apa yang membuat teks itu langsung menarik perhatian atau dibuang?

Naskah novel menarik atau tidak bisa dilihat dari 10 halaman pertama. Apa yang bisa didapat dalam 10 halaman pertama? Yang pasti pengenalan tokoh dan teaser masalah yang akan dia hadapi. Tapi, sebenarnya yang paling penting adalah gaya bercerita. Kalau gaya bercerita terasa kaku, maka pembaca akan malas melanjutkan membaca, meskipun ada poin-poin menarik dalam naskah.

Untuk naskah nonfiksi, pemaparan masalah di awal sangat penting. Penulis harus bisa membuat pembaca percaya bahwa ada masalah besar yang harus diatasi, misalnya mengapa terjadi bullying, kenapa kemiskinan belum teratasi, kenapa banjir berulang dalam kurun waktu seminggu, dan sebagainya. Setelah itu, penulis harus meyakinkan pembaca bahwa naskah tersebut bisa menawarkan solusi terhadap masalah yang dipaparkan.

Apakah penulis harus mengikuti tren yang sedang berlaku?

Mengikuti tren atau tidak, harus dikembalikan pada tujuan menulis. Kalau tujuan menulis sekadar untuk relaksasi, melepaskan beban, atau trauma healing, misalnya, maka mengikuti tren bukan keharusan. Tapi kalau tujuan menulis untuk mencari pendapatan sampingan atau bahkan pendapatan utama, maka mengikuti tren jadi keharusan. Untuk Indonesia, tren fiksi yang evergreen adalah romansa dan Cinderella story. Horor selalu ada juga, meskipun tidak sekuat romansa

Kesalahan mendasar yang dilakukan penulis pemula ketika mengirimkan naskah?

Kesalahan pertama adalah tidak menghargai naskah sendiri, dengan cara mengirimkan naskah yang masih “kasar” dan “seadanya”. Naskah masih banyak salah ketik, format naskah berantakan (tidak sesuai standar penerbit yang bisa dilihat di website penerbit tujuan), dan naskah tidak dilengkapi keterangan. Ibaratkan naskah kita adalah anak kita yang mau kita antar melamar jodoh. Kita pasti akan mendandani “anak” itu dengan serapi dan secantik mungkin, juga memberi pengantar—yaitu sinopsis pendek, sinopsis panjang, dan surat pengantar. Surat pengantar FORMAL berisi perkenalan diri pengarang, sekilas tentang tema naskah, dan harapan akan bisa bekerja sama/diterbitkan.

Kesalahan kedua adalah melepaskan “anak” itu begitu saja. Penulis bisa mencari tahu berapa lama penilaian naskah penerbit dari website penerbit tujuan atau dari surat penerimaan naskah yang diberikan penerbit. Bila batas waktu penilaian naskah terlampaui dan belum ada kabar, penulis sebenarnya berhak menanyakan nasib naskah pada penerbit, untuk kemudian mempertimbangkan kembali apakah akan menunggu atau menarik naskah tersebut. Penulis Indonesia biasanya merasa tidak enak hati untuk melakukan hal ini.

ATAU—kesalahan ketiga—justru terlalu bersemangat dan bolak-balik menanyakan nasib naskah pada penerbit sebelum batas waktu penilaian naskah. Tindakan ini akan membuat penerbit kehilangan simpati, dan bisa jadi naskah ditolak, meski punya potensi. (Kanakata Creative)

Foto oleh Pixabay

Need Help?