Melatih Berpikir Kreatif

  • date April 26 2022

Zona nyaman merupakan salah satu tantangan terbesar bagi seorang penulis. Ketika sudah menemukan pola atau gaya penulisan andalan, penulis cenderung untuk mempertahankannya dan enggan mencari cara baru. Padahal begitu menjajal pendekatan yang berbeda, besar kemungkinan muncul ide dan karya yang sama sekali baru. Bonusnya, pembaca pun akan mendapat suguhan yang berbeda!

 

Sebagai awalnya, kenali beberapa cara berpikir di bawah ini, kemudian cobalah menerapkannya saat akan menulis. Pendekatan ini tidak hanya berlaku bagi penulis lawas, Anda yang baru belajar menulis pun bisa mempelajarinya.

 

  1. Creative thinking. Cara berpikir kreatif (dan kritis) merupakan proses berpikir yang memungkinkan seseorang memunculkan ide baru, metode baru, atau filosofi baru yang berbeda bahkan menyimpang dari yang sudah ada. Ide atau konsep dari para pendahulu hanyalah sebagai inspirasi, bukan sebagai contoh untuk ditiru. Cara berpikir ini berusaha mencari terobosan yang sama sekali baru dari cara sebelumnya.
  2. Analytical thinking. Cara berpikir analitik melibatkan logika saat menguji setiap bagian secara mendetail, kemudian menyatukannya menjadi suatu cerita yang menyeluruh. Mereka yang terbiasa berpikir analitis merupakan pengambil keputusan terbaik karena mereka mampu mengklasifikasi dan memahami masalah yang kompleks.  Teknik berpikir analitis memampukan Anda memahami proses dasar menulis (berlaku untuk semua genre), yang nantinya memampukan Anda untuk menyatukan potongan-potongan ide ke dalam satu gambaran utuh.
  3. Abstract thinking. Ketika berhubungan dengan menulis, pemikir abstrak ini merupakan filsuf yang sempurna. Saat menghadapi permasalahan yang kompleks, mereka terlatih untuk memproses informasi yang tidak berhubungan secara langsung dengan fakta atau kenyataan. Saat membaca tulisan dari pemikir semacam ini, Anda akan menemukan tema dan makna tersembunyi di dalamnya.
  4. Concrete thinking. Cara berpikir berdasarkan pengamatan terhadap dunia. Pemikir konkret cenderung menulis dengan menggunakan istilah praktis, menghindari tulisan bersayap dan berbunga-bunga; mereka mendeskripsikan sesuatu secara spesifik dan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Ini bisa diterapkan ketika Anda menulis adegan kecelakaan misalnya, pembaca membutuhkan detail konkret di TKP.
  5. Convergent thinking. Berpikir konvergen atau terpusat melibatkan penggabungan beberapa ide yang terpisah menjadi keseluruhan yang terpadu. Pemikir konvergen bisa mengambil cukilan dari plot, karakter, atau latar, dan mencari cara agar semuanya menyatu dalam suatu novel atau film. Charles Dickens menggunakan pola ini pada bukunya A Tale of Two Cities.
  6. Divergent thinking. Berpikir bercabang memungkinkan seseorang mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang terbentang dari satu ide atau fakta atau alur cerita. Cara berpikir ini membuka kemungkinan melihat satu obyek dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan berhubungan dengannya. Dalam menulis, pemikiran divergen mengizinkan Anda untuk mempertimbangkan segala cara bagaimana sebuah cerita memiliki banyak kesimpulan yang berbeda. Dengan mencatat, biar bagaimanapun juga, terutama jika Anda tergolong memiliki tendensi yang sempurna, pemikiran ini bisa jadi sangat melelahkan. Terkadang memiliki begitu banyak ide bagus dapat memperlambat proses penulisan. Jadi diperlukan untuk mampu memberikan satu keputusan dan fokus pada tujuan akhir. (Kanakata Creative)

Send Message

location

GED 88, Tower A Level 38, Kota Kasablanca Jl. Casablanca Raya, Kav. 88, Jakarta 12870

email

marketing@kanakata.co

×