CEO Talks: Klien Selalu Benar

  • date November 09 2021

Saat menjadi wartawan, beberapa kali saya mendapat tugas untuk membuat advertorial. Untuk yang belum familiar, saya kutip dari KBBI, advertorial adalah iklan yang berupa berita, bukan gambar atau poster. Tujuan produk atau brand membuat teks semacam ini, agar pembaca tidak mendapat kesan hard selling alias jualan banget saat mempromosikan produknya. Saya harus bisa membuat teks persuasi tanpa berkesan mempromosikan produk atau brand itu secara terang-terangan. Biasanya saya memadukannya dengan berita dan fakta menarik yang secara tidak langsung mendukung produk atau brand tersebut.

Kendalanya, sebagai jurnalis, kadang klien menginginkan sesuatu yang (saya nilai) kadarnya berlebihan. Ketika mulai rewel dengan revisi yang sepertinya tiada habisnya, saya mulai mengajukan keluhan pada AE, sebagai penghubung antara penulis dan klien. AE dengan sabar mendengarkan keluhan saya dan berusaha menenangkan hati agar saya bisa menyelesaikan revisi sesuai dengan keinginan klien. Ujung-ujungnya: klien selalu benar.

Saat menjadi pengusaha kata-kata, ehm, saya nggak luput dengan bentrokan ini. Hanya saja, kali ini saya nggak bisa mengandalkan AE sebagai tameng, tetapi diri sendiri. Saat diskusi dengan klien, di awal biasanya saya dan partner sudah bisa menemukan bagian mana saja yang berpotensi ‘bolong’ atau terlalu jauh dari konsep yang sebenarnya dia inginkan. Atau pada perjalanannya, kreativitas klien bertambah, sehingga dia akan mengusahakan agar ide-ide yang muncul belakangan, diakomodir dalam narasi tersebut. Apa yang harus saya lakukan dan putuskan? Tentu saja berusaha keras agar keinginan klien tercapai, sembari mengkomunikasikan dengan penulis atau desainer Kanakata sehingga mereka lebih legowo saat melakukan revisi.

Seorang teman meledek saya, “Kan kamu pernah bilang, klien mesti diedukasi juga, nggak selamanya mereka benar!” Well, sampai sekarang sih saya masih tetap melakukan itu. Saya merasa wajib memberikan edukasi dan pengarahan semata-mata agar tujuan mereka terpenuhi dengan tenggat waktu yang dibutuhkan. Jika memang ada hal-hal yang harus disesuaikan, sebagai pebisnis, kita perlu mendiskusikan dan mencari jalan keluar yang terbaik. Kalaupun memang klien bersikeras, ya tidak apa-apa juga, karena pada akhirnya ini adalah produk atau brand mereka, bukan kita. Sebagai konsultan dan penyedia jasa, kita membantu mereka menyediakan solusi atas masalah yang mereka miliki.

Menyebalkan? Nggaklah. Saya menganggapnya sebagai tantangan. Tantangan untuk mendengarkan, memahami dengan benar apa yang menjadi kehendak klien, dan berusaha mewujudkannya.  Lagipula, jangan lupa, klien adalah yang membiayai usaha kita. Jadilah solusi terbaik bagi klien, sehingga mereka akan dengan senang hati menggunakan jasa kita kembali.

Tenang, kita selalu punya pilihan kok. Ketika kita merasa klien potensial memang berseberangan dengan nilai kita, tentu saja kita bisa menolak mereka. Kompromi itu harus, namun jangan sampai menggadaikan value kita sendiri. 

Rully Larasati, CEO Kanakata Creative  

Send Message

location

GED 88, Tower A Level 38, Kota Kasablanca Jl. Casablanca Raya, Kav. 88, Jakarta 12870

email

marketing@kanakata.co

×