Penghuni jagat Twitter belakangan menemukan banyak unggahan berupa utas (thread) atau satu tweet dengan keterangan AU. Kalau Anda pernah membaca seri What If keluaran Marvel Comics, maka format ini sudah tidak asing lagi. AU alias Alternate Universe adalah sebuah cerita tentang tokoh nyata atau fiksi tertentu dengan kehidupan yang berbeda dengan kehidupan tokoh itu yang seharusnya. Misalnya, di dunia nyata A berprofesi sebagai penyanyi, namun dalam cerita Alternate Universe ia bisa dikisahkan sebagai seorang pelajar. Contoh lainnya, dalam sebuah cerpen tokoh B berwatak pemarah, tetapi dalam cerita Alternate Universe tokoh B diceritakan sebagai tokoh supersabar.
Alternate Universe sendiri merupakan salah satu genre dari Fan Fiction, cerita fiksi buatan penggemar yang menceritakan tokoh nyata atau tokoh fiksi dari suatu karya sastra. Karya semacam ini dibuat karena tidak jarang penggemar kurang puas dengan jalan cerita buatan pengarang asli atau ingin membuat cerita tentang idolanya dalam versinya sendiri. Intinya, Alternate Universe adalah hasil dari pengandaian penggemar tentang bagaimana jika seorang tokoh memiliki kehidupan yang berbeda.
Tema cerita AU yang beredar di Twitter cukup beragam. Ada yang mengangkat tema kehidupan sekolah, masa kuliah, keseharian di dunia kerja, percintaan, persahabatan, dan lain-lain. Lantas, apa yang membedakan AU di Twitter dengan novel ataupun cerpen lainnya? Begini, jika di cerpen dan novel berisi rangkaian kata-kata, maka AU di Twitter berupa gambar-gambar tangkapan layar percakapan antara tokoh-tokoh cerita di aplikasi chat. Di antara tweet-tweet tangkapan layar percakapan para tokoh cerita, sesekali pengarang menyisipkan tangkapan layar unggahan tokoh di media sosialnya atau unggahan di media sosial yang berkaitan dengan tokoh.
Sebelum memulai ceritanya, pengarang selalu membuat tweet perkenalan tokoh dan tweet disclaimer di awal utas sebuah AU. Tweet disclaimer berisi pernyataan pengarang bahwa segala cerita dalam AU buatannya hanya fiksi belaka, mengingat tokoh-tokoh AU yang merujuk pada tokoh karya fiksi memiliki paten. Ini dilakukan untuk menghindari pelanggaran hak karena membuat karangan belaka atau kebohongan tentang seorang tokoh nyata atau pelanggaran hak cipta atas cerita tokoh fiksi tertentu. Selain membuat disclaimer, mayoritas pengarang juga membuat nama-nama tokoh yang tidak berbeda jauh dari nama asli tokoh yang dirujuknya. Bagaimana, tertarik untuk mencoba? (Kanakata Creative)